HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA DENGAN KEIKUTSERTAAN KB IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

Sri Wulandari

Abstract


Prevalensi peserta AKDR menurun selama 20 tahun terakhir, dari 13 % pada tahun 1991 menjadi 5% pada tahun 2007. (BPS, 2009). Tantangan lain dalam keluarga berencana adalah dari berbagai segi yaitu segi pelayanan, segi segi ketersediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE, segi hambatan budaya yang di beberapa daerah masyarakat masih akrab dengan “banyak anak banyak rejeki”; “tiap anak membawa rejeki masing-masing” ataupun anak tempat bergantung dihari tua”. Data dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2007 peserta KB baru sebesar 8.75% dan belum sesuai target nasional. Di kota Yogyakarta sendiri, jumlah akseptor alat kontrasepsi IUD baru sebanyak 22,98% ini adalah jumlah yang tergolong rendah (profil Dinas Kesehatan DIY, 2010)

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan kepercayaan dengan keikutsertaan KB IUD.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain penelitian Cross Sectional dengan variabel Independent umur, pendidikan, pekerjaan, agama, kepercayaan, variabel Dependen keikutsertaan KB IUD. Populasi dan sampel adalah semua akseptor KB yang berkunjung di Puskesmas Mergangsan Juli 2013 secara Acidental Sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Analisis data yang dilakukan adalah Univariat, Bivariat.

Hasil analisis membuktikan tidak ada hubungan yang bermakna antara Umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan kepercayaan dengan keikutsertaan KB IUD. Saran penulis dalam penelitian ini adalah agar tenaga kesehatan lebih intensif dalam memberikan penyuluhan tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

 Kata Kunci: sosial budaya, KB IUD

 

ABSTRACT

Prevalence of IUD participants declined over the last 20 years, from 13% in 1991 to 5% in 2007. (BPS, 2009). Another challenge in family planning is in many ways the in terms of service, in terms of in terms of the availability of contraceptives, in terms of the delivery of counseling and IEC, in terms of cultural barriers in some areas people are still familiar with "a lot of kids a lot of luck"; "each child brings their fortune", or dependent child on the day the old place ". Data from the province of Yogyakarta (DIY) of 2007 participants new KB of 8.75% and does not meet the national target. Of the city itself, the number of new IUD acceptors of contraception as much as 22.98% This is a relatively low number (profile DIY Health Department, 2010)

The study objective was to determine the relationship between age, education, occupation, religion and belief with participation KB IUD. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional study design Independent variables age, education, occupation, religion, beliefs, participation Dependent variables KB IUD. Population and sample are all planning acceptors who visit the health center in July 2013 in Acidental Mergangsan Sampling. Collecting data using primary and secondary data. Data analysis was Univariate, Bivariate. Analysis results proved no significant relationship between age, education, occupation, religion and belief with the participation KB IUD. Advice authors of this research is that more intensive health workers in providing information about the Long-Term Contraception Method (LTM).

Keywords: socio-cultural, KB IUD

 


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.35842/mr.v10i1.35

Article Metrics

Abstract view : 1361 View
PDF - 676 View

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2017 Medika Respati

Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan indexed by:

   Crossref  Google Scholar